Iman merupakan hal yang paling vital dalam kehidupan. Iman ibarat jantung dalam organ tubuh. Tanpa adanya iman, kematian terjadi secara batiniah, walaupun secara lahiriah masih hidup.
Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Rabb (pelindung) senantiasa mengingatkan hamba-Nya untuk menjaga dan meningkatkan keimanan. Untuk mengetahui tingkat keimanan kita, Allah telah memberikan tolok ukur keimanan. Alquran dan sunah (baca: hadis) merupakan alat ukur (measurement tools) keimanan kita. Untuk mengukurnya, kita dapat membandingkan keadaan kita dengan kriteria orang-orang beriman di dalam Alquran dan sunah.
Ayat pertama yang kita jumpai di dalam Alquran yang berbicara masalah iman adalah surah Al-Baqarah ayat 3-4.
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka; dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (Terjemah Qs. Al-Baqarah: 3-4)
Ciri orang beriman yang pertama adalah beriman kepada yang ghaib. Beriman kepada yang ghaib bukan hanya berarti bahwa Allah, malaikat, jin, dan hari akhir itu ada, tetapi juga harus meyakini Allah dengan segala sifat dan kekuasaan-Nya, adanya malaikat dan tugas-tugasnya, adanya jin beserta sifat-sifatnya, adanya kematian, siksa dan nikmat kubur, penghitungan amal, surga dan neraka beserta hal-hal yang menyebabkan manusia masuk ke dalamnya.
Ciri orang beriman berikutnya adalah mendirikan shalat. Allah selalu menggunakan kata mendirikan/dirikan (قام) untuk kata shalat. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan. Jikalau kita belajar biologi, sesuatu untuk dapat berdiri dengan kokoh perlu daya guna yang kuat untuk menyokongnya. Pohon dapat berdiri kokoh dengan batang yang besar, daun yang rimbun, dan buah yang lebat karena mempunyai akar yang menghunjam kuat, panjang, dan menjalar ke dalam bumi. Manusia dan hewan untuk dapat berdiri perlu tulang, otot-otot, syaraf-syaraf, dan seluruh anggota tubuh yang bekerja dengan maksimal untuk menopang badan. Begitu pula dengan shalat. Perlu usaha yang maksimal pula agar shalat dapat berdiri dengan kokoh dan terjaga dengan baik. Begitu banyak orang yang kuat dalam angkat besi, menang dalam lomba lari, sering mendaki gunung, dan kuat dalam aktivitas fisik lainnya, tetapi tidak kuat untuk berdiri melakukan shalat.
Manusia dengan berbagai keragamannya, berbagai ragam juga tingkat keimanannya. Terhadap shalat, ada orang yang bersungguh-sungguh mendirikan shalat, bahkan sampai menyesal jika ketinggalan satu shalat sunah saja. Sementara itu, ada yang tenang-tenang saja ketika ketinggalan shalat wajibnya, bahkan merasa tenang meninggalkan shalat. Padahal, shalat adalah perkara yang pertama kali dihisab di hari kiamat.
Karena pentingnya masalah shalat, imam Syafi'i berkata, "Apabila engkau menjumpai orang yang tidak shalat, maka bertakbirlah empat kali kepadanya!" Hanya orang yang matilah yang ditakbiri empat kali. Ini berarti jikalau tidak shalat, laksana orang yang telah mati.
Seberapa besar keimanan Anda? Ukurlah dengan shalat!
Bersambung, InsyaAllah.
*Penulis merupakan anggota MSO (Majelis Syuro Organisasi) Pusdamm UNM (Pusat Studi dan Dakwah Mahasiswa Muslim Universitas Negeri Makassar)
EmoticonEmoticon